"Sebab menulis adalah peristiwa menyejarah"- @mizzanmrsydn

Senin, 23 Desember 2013

kontemplatif

Oposisi

Manusia sebagai makhluk sosial hidup beramai-ramai. Dan dalam keramaian kolektif, manusia selalu mememui keterpasangan. Saat pembagian tempat duduk di sekolah, ketika naik motor berdua, hingga menanyakan arah jalan saat tersesat. Kita meruangkan saat berinteraksi empat mata dengan satu orang lain. Baik pria maupun wanita. Pokoknya berpasang-pasangan.

http://www.thedissenter.co.uk/2013/03/essential-opposition/
Dalam momen yang selintas dan sering tak kita sadari itu, kita menjadi oposisi bagi yang lain. Ada istilah lawan bicara dan lawan main. Namun makna lawan di sini tak berarti bermusuhan. Melainkan saling melengkapi.

Bayangkan bila tidak ada lawan bicara: berbicara sendiri bagai tak waras. Bayangkan bila tak ada lawan main: permainan menjadi tak utuh. Bahkan pada beberapa jenis permainan, peran lawan menjadi syarat utama. Hingga ada yang namanya exhibition match. Pertandingan latihan dengan mencari lawan main. Bahkan lawan sampai dicari!

Di panggung politik yang penuh conflict of interest juga ditemukan koalisi dan oposisi. Sama vitalnya dengan perannya dalam permainan, oposisi politik senantiasa mengawasi dan mengkritik kinerja penguasa. Terbangunlah mekanisme pengawasan yang baik bagi penyelenggara negara.

Jadi tak selamanya lawan adalah pihak yang menyulitkan. Dalam ruang-ruang kehidupan, kita tetap membutuhkan lawan. Lawan yang  mampu memberikan kita peningkatan kemampuan atau sekedar teman. Sepi bukan apabila berjam-jam menunggu bus tanpa ada lawan bicara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar