"Sebab menulis adalah peristiwa menyejarah"- @mizzanmrsydn

Rabu, 13 Juni 2012

Kajian


Memaknai Cyberculture dan Kebudayaan Pascaruang

Oleh: Muhammad Izzan Mursyidan


                Dua orang mahasiswa duduk berdampingan di kantin sembari menunggu pesanan makanan masing-masing. Mereka telah bersahabat bertahun-tahun lamanya. Lima menit berlalu sembari menunggu makanan, tak ada sepatah kata pun mereka ucapkan, bahkan melirik pun tidak. Bukan karena keduanya sedang mempunyai masalah. Terbukti, mereka justru tersenyum atau tertawa seskali. Sayangnya, bukan terhadap satu sama lain, namun kepada gadget yang mereka asyik masyuk menggunakannya.
                Gambaran di atas memang tidak benar-benar penulis alami. Namun situasi serupa tentunya sering terjadi dalam ruang-ruang sosial di era kontemporer. Atau mungkin anda sendiri memiliki empiris tenggelam dalam aktifitas artifisial dalam gadget? Nyatanya, kita telah menempatkan gadget sebagai kebutuhan primer dalam aktifitas kehidupan kita. Diakui atau tidak, gadget dengan jejaring sosialnya-facebook, twitter, blackberry messenger, whatsApp-telah mengintervensi aktifitas sosial kita di dunia nyata.
                Media sosial yang marak digandrungi sekarang ini memang tidak bisa disalahkan. Hal itu merupakan hasil dari penalaran manusia yang sselalu ingin maju. Namun tujuan penciptaan teknologi yang sesungguhya untuk membantu kegiatan manusia telah bertransformasi menjadi sebuah kebutuhan utama yang menggantikan kegiatan manusia di ruang fisik. Hingga akhirnya dunia fisik disubstitusi oleh dunia maya: cyberspace.

Penyebaran wacana dan multipersonalitas dalam cyberspace

Istilah cyberspace pertama kali diperkenalkan Wiliam Gibson dalam novelnya (Neuromancer, 1984). Gibson ,penulis novel science-fiction, menggambarkan realitas maya yang dapat menggantikan realitas nyata. Cyberspace menjadi seting utama novel-novel Gibson selanjutnya: Count Zero (1986), Monalisa Overdrive (1988), dan Virtual Light (1993).
Apabila dunia nyata tercipta dari atom, cyberspace tercipta dari satuan bit (digit biner)  yang membentuk lautan informasi. Bit inilah satuan terkecil DNA informasi yang membentuk aktivitas baru di ruang virtual. Bit, disimbolkan sebagai 1 atau 0 ( menunjuk dua keadaan: on-off, hidup atau mati) , menjadi komputasi dasar dunia digital. Cirinya adalah tidak mempunyai berat dan dapat bergerak dalam kecepatan cahaya.
                Sebuah keniscayaan bahwa cyberspace dapat menimbulkan penyebaran wacana dan multi-personalitas. Kini siapapun dapat menulis informasi, mengabarkan berita, mengkritik orang lain melalui dunia maya. Akibatnya kuasa informasi tidak lagi terpusat.  Siapapun dapat melakukannya asalkan mempunyai akses terhadap informasi. Inilah yang dikatakan Michel Foucault tentang tiadanya kekuasaan informasi yang terpusat di dunia era posmoderen.
                Keniscayaan yang kedua adalah multipersonalitas. Di alam virtual, identitas ditampakkan melalui citra diri seperti avatar dan gambar lainnya yang dapat dipilih sesuka hati. Potret diri yang dinilai kurang akan dihilangkan, sedangkan potret diri yang menarik akan kita tampilkan. Bahkan dapat kita ubah dengan bantuan peranti lunak seperti photoshop.
                Dunia virtual cenderung bebas dan tidak ada batas dalam menampilkan image. Bukan hal yang sulit membuat representasi diri di alam virtual. Hanya memerlukan akses terhadap ctberspace dan mengisi data sesuai keinginan kita sebagai persyaratan. Seorang perempuan dapat berpura-pura menjadi laki-laki di alam virtual. Seseorang yang sudah punya pacar dapat mengaku jomblo pada kenalannya di dunia maya. Bahkan kita tidak akan dapat membedakan apabila seekor monyet mengkonstruksi citra sebagai manusia di alam virtual. Dalam cyberspace, self menjadi self-fashion atau self-create.
                Kebebasan yang didapat dalam cyberspace juga mengakibatkan efek negatif. Seseorang dapat meninggalkan norma-norma dan nilai-nilai yang didapatnya di realitas sosial. Anak kecil dengan leluasa melihat adegan kekerasan yang belum tentu dapat dikritisi oleh kognisinya. Seseorang bebas mendapatkan bit pornografi tanpa persyaratan usia. Bahkan penipuan dalam e-commerce atau online shopping juga ditunjang cyberspace.

Cyberculture

                Masyarakat makin sering beraktifitas di cyberspace karena ditunjang dengan kemudahan memasukinya. Makin banyak smartpone yang menawarkan kemudahan akses terhadap dunia virtual, makin bnyak ruang publik yang terfasilitasi wi-fi, dan menjamurnya bisnis warnet adalah beberapa contoh kemudahan tersebut.
                Kemudahan ini membuat kita semakin intens berada dalam cyberspace ke timbang ruang fisik. Orang tidak perlu ke bank untuk mentransfer uang karena ada fasillitas e-banking. Orang jarang bertatap muka langsung sejak ada jejaring sosial. Orang bisa mendapatkan pakaian dan barang lainnya tanpa perlu jauh-jauh ke mall. Bahkan tidak perlu keluar kamar untuk mengkritik suatu rezim. Cukup di depan komputer.
                Banyak aktivitas dalam cyberspace yang dapat menggantikan usaha kita di ruang fisik. Mulai dari hiburan, politik, fashion, sosial, segala kebutuhan terpenuhi di alam virtual. Ini menimbulkan sebuah keadaan yang dinamakan ‘kesadaran pascaruang’. Yakni kondisi di mana manusia tidak lagi berinteraksi di wilayah yang dibatasi oleh ruang, melainkan berpetualang jauh di ruang tanpa ruang: cyberspace.
                ‘Kesadaran pascaruang’ ini muncul ketika manusia ter-upload ke dalam cyberspace dan menjadi bagian dari ekologi elektronik. Efek signifikan yang diakibatkan ‘kesadaran pascaruang’ adalah hilangnya kesadaran ruang dan kesadaran sosial. Manusia memosisikan diri sebagai bagian dari dunia cyber dan lebih mengakui ekistensi virtualnya ketimbang eksistensi fisiknya. Kesadaran sosial juga akan hilang sebab manusia, melalui kesadarannya, akan tersedot menjadi salah satu entitas dalam ekologi elektronik.

Kebudayaan pascaruang: substitusi kebudayaan ruang

                Kesadaran pascaruang ini akan membawa manusia menuju tranformasi kebudayaan pascaruang. Orang rela berjam-jam mencari teman di facebook dan mendapatkan kepuasan ketika temannya bertambah, namun di saat yang sama tidak mencari teman dalam realitas sosial secara fisik. Bahkan kesadaran ruang sudah tercerabut ketika seseorang memiliki ratusan teman di jejaring sosial yang tidak dikenalnya.
                Perbedaan mendasar antara cyberculture dengan kebudayaan pascaruang adalah kesadaran sesorang saat berada dalam cyberspace. Pada fase cyberculture, orang masih memiliki kesadaran untuk membedakan alam natural dengan alam virtual. Sehingga apa yang ia lakukan dalam alam virtual hanya selama aktivitas itu menunjang kehidupannya dalam alam natural. Contohnya ketika seorang mahasiswa menggunakan  email untuk mengumpulkan tugas kuliah. Ia menggunakan fasilitas cyberspace karena kebutuhan kuliahnya yang dilakukan di ruang fisik.
                Kebudayaan pascaruang telah mutlak terjewantahkan ketika seseorang menekuni cyberspace tanpa memedulikan eksistensinya di ruang fisik. Kebudayaan pascaruang ini tergambarkan oleh seseorang yang menangisi kekalahannya dalam suatu game online, namun tidak merasa apa-apa ketika salah satu tetangganya meninggal. Atau merasakan kepedihan yang mendalam saat teman chat-nya yang baru dikenalnya di facebook tiba-tiba offline, namun bergeming  saat teman di realitas nyata marah meninggalkannya.
                Pada akhirnya, diskursus kebudayaan pascaruang ini akan kembali kepada individu masing-masing selaku entitas dalam kedua ruang: ruang natural dan ruang virtual. Bagaimana manusia menempatkan posisinya dalam realitas sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan cyberspace pada era keterbukaan informasi. Jadi, di manakah posisi anda dalam konstelasi dua realita yang ada ?

Sumber:
Cultural Studies, teori dan praktik ( Chris Barker)

KUNCI No. 2, September 1999. Melalui http://kunci.or.id/esai/nws/02/cyberculture.htm (terakhir diakses Juni 2012)

CYBERCULTURE, TRANSFORMASI KEBUDAYAAN PASCARUANG, DAN BAYANG-BAYANG KEMATIAN SOSIAL Oleh Fahd Djibrai. Melalui  http://komahi.umy.ac.id/2010/12/cyberculture-dan-transformasi.html (terakhir diakses Juni 2012)

Senin, 11 Juni 2012


Menebar Virus Jurnalisme Warga (Citizen Journalism); Mari Berbagi Berita

Aktivitas manusia berderap semakin cepat di era kemajuan teknologi informasi sekarang ini. Seseorang yang berada di suatu benua membutuhkan informasi dari benua lainnya. Manusia semakin membutuhkan informasi dari berbagai peristiwa yang terjadi setiap detiknya agar tidak ketinggalan informasi.
  Hal inilah yang mencuatkan citizen journalism (jurnalisme warga) di samping berita utama media konvensional. Dengan keberadaan media sosial–blog, facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya– siapapun dapat melemparkan wacana. Kuasa informasi, meminjam pemikirannya Michel Foucault, tidak lagi terpusat, melainkan tersebar. Tidak hanya  media besar, namun masyarakat biasa juga diminta untuk menulis berita.

Dari peristiwa Koboi Palmerah hingga kasus Korupsi yang melibatkan 16 universitas negeri di tanah air, dapat disebarkan lewat jurnalisme warga. Namun menjadi pegiat jurnalisme warga tentu bukan sembarangan menulis berita. Tetap ada standar tertentu yang harus dicapai dalam sebuah pemberitaan. Berikut beberapa panduan menulis berita bagi anda yang berniat untuk menekuni citizen journalism.

            Definisi berita


Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi kemudian disajikan lewat bentuk suara, teks atau gambar. Berita harus berupa peristiwa atau hal yang dianggap penting. Oleh karena itu berita berpengaruh pada kehidupan khalayak banyak.
Penting tidaknya sebuah berita juga ditentukan oleh siapa yang akan melihat, membaca, atau mendengarnya. Berita korupsi pejabat di Jakarta belum tentu dianggap penting oleh peternak sapi di Kalimantan, berita pernikahan artis belum tentu menarik bagi tukang sapu di jalan raya, pun berita peresmian jembatan di Surabaya belum tentu dianggap penting oleh mahasiswa Ibukota.


Siapa itu jurnalis ?

Jurnalis adalah seseorang yang secara teratur menuliskan laporan berita dan tulisan yang dikirimkan/dimuat di media massa. Laporan ini lalu dapat dipublikasi melalui media massa: koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan yang paling mudah melalui internet.      
Tanpa memandang jenis media, istilah jurnalis membawa konotasi atau harapan profesionalitas dalam membuat laporan yang mempertimbangkan kebenaran dan etika. Jurnalis bukan hanya reporter yang hanya mengumpulkan infomasi dan menciptakan laporan atau cerita. Namun juga dapat mencakup kolumnis, penulis utama, perancang editorial, bahkan fotografer dan videografer.


Dasar-dasar Pelaporan dalam Sebuah Pemberitaan

            Anda mungkin telah mengenal pakem 5W + 1H dalam tubuh sebuah berita: apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana. Sebenarnya di era jurnalisme sekarang ini juga dikenal SW (so what), merujuk pada tujuan sang penulis dalam memaparkan berita. Namun aspek yang terpenting adalah enam hal berikut ini:

1.       Apa
Peristiwa apa yang akan dikabarkan?  Bencana alam, pertandingan sepak bola, konser musik, pemilu, merupakan peristiwa yang dapat diberitakan. Topik atau kejadian yang akan kita ambil menjadi sangat penting untuk memberikan batasan pemberitaan agar tetap fokus pada satu kejadian.
2.       Siapa
Tanyakan nama,usia, pekerjaan, dan hal lainnya. Beberapa informasi terkait narasumber seperti nomor telepon menjadi vital bila kita, umpamanya, ingin menanyakannya kembali. Jangan lupa tanyakan juga bagamana ia mau diidentifikasi dalam berita.
3.       Kenapa
Kenapa sebuah peristiwa dapat terjadi? Aspek tersebut wajib ada dalam berita. Berita kecelakaan motor, misalnya, membutuhkan analisis penyebab kecelakaan tersebut. Aspek ini kerap menguji integritas jurnalisme warga saat menemui kesulitan mengumpulkan informasi. Akibatnya,  asumsi menjadi alternatif untuk melengkapi kedangkalan informasi tersebut.
4.       Dimana
Spasial sebuah berita akan menentukan minat khalayak ramai. Banjir di rumah kita mungkin tidak dapat dijadikan berita menarik. Berbeda apabila banjir tersebut terjadi di Bandara Soekarno-Hatta sehingga mengganggu aktivitas migrasi di sana. Cek kembali rincian nama tempat, alamat, dan wilayah suatu peristiwa dengan cermat. Kesalahan nama akan menjatuhkan kualitas dan mutu berita.
5.       Kapan
Ketahui kapan dan berapa lama peristiwa berlangsung. Seringkali, sebuah berita menarik menjadi tidak dibaca karena peristiwa yang diberitakan sudah terganti dengan topik baru yang lebih hangat.
6.       Bagaimana
Bagaimana kajadian itu berlangsung dan bagaimana rincian ceritanya. Kronologis peristiwa harus diterakan secara jelas dan runtut sehingga pembaca mudah memahami berita secara komprehensif.

Penulisan sebuah berita

Berita yang diangkat haruslah sesuatu yang baru dan masih jarang diketahui khalayak. Logikanya, orang tidak akan menghabiskan waktunya untuk menekuni berita yang telah ia ketahui. Kalaupun kita membuat berita yang telah diketahui khlayak, pilih sudut pandang (point of view) yang berbeda dari yang telah ada.
Tingkat kepercayaan sebuah berita akan menentukan jumlah orang yang membaca berita kita. Agar informasi dalam berita benar-benar akurat, banyak jurnalis yang terlibat langsung dalam peristiwa. Misal dalam peristiwa banjir di Istana Negara, kita mendatangi dan mengumpulkan informasi langsung dari Istana Negara untuk mengetahui seberapa besar banjir tersebut, apa dampaknya terhadap aktivitas di sana, dan informasi lainnya. Hal ini akan memperkecil tingkat kesalahan dalam pemberitaan.
Bagaimana bila peristiwa tersebut telah terjadi sehingga kita hanya mendapatkan dapat mencari informasi dari orang lain? Hal inilah yang memerlukan kehati-hatian sebab kesaksian narasumber dapat berbeda-beda. Misalkan dalam suatu demonstrasi, warga setempat mengatakan demonstran berjumlah 800 orang, salah seorang demonstran yakin ada 500 orang, namun pengendara yang lewat memperkirakan hanya 200 orang. Untuk menghindari kesalahan data, seorang jurnalis harus meminta pada sumber yang berwenang dan dapat dipercaya.
Bila menemukan  kebingungungan untuk menentukan berita yang akan ditulis, sebaiknya mulai dari sesuatu yang kita sukai. Hal ini membuat kita cenderung senang dan tak terbebani. Memberitakan topik yang kita pahami juga akan mempertajam isi berita. Apabila belum familiar, maka wawasan tentang topik tersebut perlu ditingkatkan. Hal ini penting karena kita harus tahu aspek apa saja yang harus diketahui dalam berita yang dibuat.
Untuk menghasilkan berita yang bagus, berusahalah bekerja seprofesional mungkin. Bukan demi  kepentingan individu dan kelompok tertentu. Buatlah berita yang  jujur dan berimbang agar tidak menyesatkan pembaca serta tidak mengandung nilai-nilai yang mengintervensi sebuah berita yang independen.

Berhadapan dengan narasumber

            Saat berada di lapangan, pastikan anda membawa peralatan penunjang: catatan manual, catatan digital, telepon selular, laptop, kamera/kamera video, dan perekam suara. Persiapan akan sangat menentukan kerja di lapangan. Selain mempermudah pengumpulan berita, benda-benda tersebut juga akan meningkatkan kepercayaan diri anda di depan narasumber.
                Jangan lupakan juga etika dalam mewawancarai narasumber. Di antaranya tidak boleh memberi pertanyaan yang bernada memojokkan dan menginterogasi. Buatlah narasumber nyaman berbagi informasi pada kita. Jangan memaksa apabila orang tersebut tidak mau diwawancarai dan penuhi keinginan narasumber apabila meminta agar identitasnya tidak disebutkan.
Apabila berita telah ditulis, jangan lupa meminta komentar dan penilaian orang terdekat. Orang lain dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga lebih objektif.. Bergabung dalam komunitas sesama pegiat jurnalisme warga juga perlu. Selain dapat dapat bekerja sama dalam pelaporan berita, kita juga dapt meminta saran pada orang yang lebih berpengalaman.
Jadi tunggu apa lagi? Timbulkan semangat kritismu dan berbagi berita kepada orang lain.

Sumber:  Buku saku “Bagaimana Berpikir dan Bertindak Menjadi Jurnalis”  yang diterbitkan TEMPO Institute.

Minggu, 15 April 2012

Cerpen Sosial


Realita Mencontek, Menyuap, dan Korupsi


            “ Ya, ‘apel malang’ dan ‘apel washington’nya akan saya transfer melalui asisten saya Pak,” ujar seorang perempuan muda berpenampilan necis melalui telepon.
            “ Untuk teknisnya terserah Ibu saja asal jumlahnya 6,5 M, jangan lupa dibagi-bagi ke lima rekening yang berbeda yang telah saya kirimkan kemarin,” balasku.
            “ Oke Pak. Apelnya akan saya kirim malam ini. Terima kasih sekali lagi Pak Kurnia.” Ujar Perempuan itu dengan nada senang, “perusahaan saya jadi tidak perlu mengeluarkan pajak pendapatan yang besar” lanjutnya.
            “ Ya, tidak perlu sungkan-sungkan Bu.”
            Klik. Tut...tut..tut
Setelah itu kututup telepon dan kupanggil asistenku untuk mengganti nomor yang kugunakan untuk transaksi dengan Bu Rendra, seorang manajer keuangan yang perusahaannya wajib pajak sebesar 20 M rupiah. Seperti itulah rutinitasku dua tahun terakhir ini.
Bagiku ini hal biasa. Tidak perlu dilebih-lebihkan seperti yang diberitakan di media. Toh banyak pegawai-pegawai yang melakukan ini. Perbedaannya hanya pada tempat dan jumlah uangnya. Cara ini juga menguntungkan kedua belah pihak. Masa bodoh dengan rakyat yang dirugikan. Itu bukan urusan kami.
Sistem institusi yang berada di bawah kementerian keuangan ini memang memungkinkan pegawai di posisi seperti kami melakukan transaksi di bawah tangan. Ditambah dengan kerja sama yang “tahu sama tahu” dengan beberapa petinggi dan orang luar yang mengaudit laporan keuangan kami, pekerjaan kami menjadi tertutup dari media masa dan masyarakat.
            Meski belakangan ruang gerak kami mulai terbatas karena ada institusi independen yang mulai memasuki daerah privasi kami. Para bos besar mulai bergerak untuk menghancurkan orang-orang sok suci tersebut. Beberapa waktu yang lalu sang ketua telah berhasil masuk perangkap dan hingga kini menjadi tersangka atas beberapa kasus yang sengaja kami rekayasa. Sayangnya institusi itu tak juga mati, justru dukungan rakyat malah semakin besar setelah pergantian pemimpin lembaga tersebut.
            Kalau kupikir-pikir uangku sudah cukup banyak. Bahkan itu sudah kubagikan kepada sanak saudara, sumbangan masjid, dan membeli hewan qurban pada Idul Adha kemarin. Akhir pekan ini aku berencana untuk bersenang-senang di Singapura sekaligus berjaga-jaga karena namaku mulai ditelusuri oleh institusi musuh koruptor.
            Ya singapura menjadi tempat yang ramah bagi koruptor. Penerbangan Indonesia-Singapura tersedia kapanpun baik dari Bali maupun Jakarta. Kami dapat memantau keadaan di Indonesia dari sana dan Singapura juga terjangkau bila ingin menemui pengacara atau sanak keluarga.
           
* * *
            “ Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Berinisial ZK Ditangkap karena Menggelapkan Pajak Sebesar 6,5 Miliar,”  tulis headline sebuah koran nasional.
            “Lagi-lagi korupsi.” Ujarku tak tertarik sembari membalik lembaran koran, mencari halaman yang mengumumkan hasil seleksi ujian. Dua minggu yang lalu aku mengikuti ujian penerimaan Universitas se-Indonesia. Ujianku yang ketiga sebab dua ujian lain yang aku ikuti gagal.
            “Ah, ini dia” seruku sambil mengambil lembar koran itu.
            Sambil berharap cemas aku menelusuri nama yang diterima dari abjad A, sesuai namaku. Puluhan nama depan berinisial ‘A’ telah kulewati. Urutan ke-70, 80, 90, aku mulai panik karena tidak ada namaku. 100, 110, 111, 112. 113 sudah memasuki abjad B. Kuulangi menelusuri sekali lagi, hingga dua kali tetap tidak ada namaku.
            Sebenarnya hasil ini sudah kuduga sebab aku memang bukan anak yang rajin di sekolah. Meski orangtuaku mendaftarkanku di Bimbingan belajar terkenal dan mahal, aku sering mangkir ke Mall dengan teman-temanku. Sekolah pun hanya formalitas untuk menuruti orangtuaku. Meski begitu aku tetap bertekad untuk masuk Universitas ini. Aku akan sangat malu kepada teman-temanku karena mereka telah diterima di sana.
            Keesokan harinya aku membicarakan hal ini kepada orangtuaku. Tentu mereka juga malu andai anaknya tidak kuliah karena tidak lulus tes masuk. Berjam-jam kami bertiga berbicara di ruang keluarga berukuran 5x6 meter dengan sofa dan home teater itu.
 Aku memang anak tunggal. Kedua orangtuaku sibuk bekerja hingga malam dan kami sangat jarang bertemu bahkan hanya untuk makan bersama. Aku biasanya pulang malam dan langsung tidur, begitu juga mereka yang sudah kelelahan sepulangnya bekerja.
Aku tetap ngotot untuk masuk ke universitas yang aku inginkan. Suasana menjadi hening karena keegoisanku. Mungkin kedua orangtuaku merasa bersalah karena jarang memperhatikan anaknya dan terlalu sibuk bekerja. Meskipun aku tahu mereka bekerja untuk kebahagiaanku.
            “ Baiklah Ri kalau itu keinginanmu.” Ayahku memecahkan keheningan.
            “ Ayah memiliki teman dekat di Universitas itu. Ayah akan mencoba berbicara dengannya agar kamu diterima.” Ujar Ayahku dengan berat hati.
            Sebenarnya bukan tipikal ayahku untuk melakukan cara-cara kotor seperti itu. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk anak satu-satunya ini. Lima hari kemudian Ayah menyampaikan kabar gembira itu.
            “ Ada goodnews untukmu Ri, ” ujar suara beratnya, “ kau diterima di Universitas itu dan dua hari lagi kamu harus ke sana untuk pendaftaran ulang.”
***
            “  Ari Pribowo, seorang siswa SMA, terungkap menyuap petugas penerimaan mahasiswa baru di sebuah Universitas swasta di Jakarta,” ujar suara dari siaran televisi, “diperkirakan uang suap yang berjumlah ratusan juta itu hanya dinikmati beberapa oknum di Universitas tersebut.”
            “Klik ! “ Suara televisi dimatikan.
            “ Jangan menonton terus !” seru Ibuku tiba-tiba sambil menaruh remot televisi di atas meja, “ dua hari lagi kamu sudah ujian nasional ! Kapan kamu mulai belajar ? “ ujarnya sambil manahan emosi.
            “ Tenang saja Bu, Roni sudah belajar tadi sore,” jawabku sekenanya.
            “ Kapan kamu membuka buku? Kamu sejak pagi hanya bermain Playstation di kamar kemudian keluar untuk menonton televisi! “ Sambar ibuku.
            “ Ya.. ya.. “ balasku sambil meninggalkan ruang keluarga.
            Memangnya kenapa kalau dua hari lagi ujian nasional. Toh aku telah ikut patungan untuk membeli kunci jawaban UN seminggu yang lalu. Bukan rahasia lagi kalau ada beberapa oknum yang memperjual-belikan kunci jawaban tersebut. Asal ada kenalan, mudah saja untuk membelinya. Di kelasku hanya tiga orang yang tidak ikut membeli kunci jawaban tersebut. Seorang kutu buku, sang ketua kelas, dan temanku yang terkenal jujur. Menurutku mereka terlalu sombong untuk tidak membelinya. Jangan salahkan kami kalau nanti ternyata mereka tidak lulus.
            Dua hari kemudian ketika mentari belum penuh, aku berangkat dengan meninggalkan kecemasan di hati orangtuaku, terutama ibu. Dua hari yang lalu setelah teguran itu aku tetap tidak belajar. Hanya membolak-balik buku sambil memikirkan cara mencontek saat ujian.
Pukul 06.15 aku memarkir motor di parkiran sekolah tanpa memedulikan beberapa polisi yang semakin menambah ketegangan. Kemudian berlari kecil ke rumah yang direncanakan sebagai tempat mengambil jawaban. Sesampainya di sana sudah ada belasan murid kelas tiga berniat sama. Setelah melihat kunci jawaban yang di tulis di papan, aku menulis biodataku di selembar kertas dengan spidol warna yang membentuk kode jawaban. Cerdik sekali cara ini. Baru saja cara itu kutemukan semalam. Dengan cara ini, aku bahkan tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk melihat kunci jawaban di tengah ujian.
Pukul 07.30 seluruh siswa dipersilakan masuk. Setelah menandatangani daftar kehadiran dan mengisi seluruh biodata di atas lembar jawaban, soal dibagikan.
“Silahkan mengerjakan soal masing-masing,” ujar seorang wanita setengah baya yang menjadi pengawas, “dilarang bertanya kepada teman ataupun meminjam alat tulis.” Setelah itu kami sibuk dengan lembar jawaban masing-masing. Dan kunci jawaban masing-masing.

Rawamangun, 15/04/2012

Senin, 19 Maret 2012

Feature


Brainstorming untuk Akuntansi yang Lebih Baik

Jum’at, 16 Maret 2012 adalah hari yang dinanti para pengurus HMJ Akuntansi periode 2012/13. Sebab hari itu para anggota Laskar SIAGA akan memulai sebuah gebrakan besar di bawah kepemimpinan yang baru. Tepatnya akan melaksanakan rapat kerja selama tiga hari di Bogor. Dimulai dengan rapat kerja yang terstruktur dan terorganisasi maka Laskar SIAGA akan lebih mudah untuk bekerja di lapangan.
                Setelah anggota yang muslim menunaikan kewajiban shalat Isya, seluruh anggota laskar SIAGA bersama beberapa anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FE UNJ berangkat menuju Cilember, tempat berlangsungnya acara. Meskipun disayangkan beberapa anggota berhalangan hadir namun tidak mengurangi rasa kebersamaan yang tercipta.
Setelah melalui padatnya jalan Jakarta-Bogor di akhir pekan, mobil tiba di Wisma Lokawiratama sekitar pukul 22.00. Tidak lama membereskan barang, para anggota memasuki alam mimpinya masing-masing untuk mempersiapkan tenaga, waktu, dan pikiran keesokan harinya.

Suasana dialektika raker

Presentasi pertama dilakukan oleh badan pengurus harian yang terdiri dari Ketua Ferly Ferdyant, Sekretaris Jenderal Ikhwan Ahmad Prayogo, Sekretaris Ade Yulianti, Bendahara I Presdinasfri Davisti dan Bendahara II Citra Rizqi. Serunya, program kerja mereka langsung dibabat habis oleh BPM dari berbagai perspektif. Kritikan yang datang dijawab dengan jawaban yang tegas pula sehingga terjadilah perang argumen. Beruntung, perbedaan persepsi yang sempat terjadi dapat diselesaikan.
Idem dengan BPH, setiap divisi dan biro yang memaparkan program kerja dikoreksi habis-habisan, dari segi redaksi maupun content. Tidak sia-sia BPM yang saat itu hadir sebab setiap anggota benar-benar menjalankan tugasnya sebagai pengawas. Detail sekali mereka memperhatikan setiap program kerja. Hingga divisi terakhir yaitu divisi informasi dan teknologi setiap pengurus HMJ Akuntansi yang hadir mau tak mau ter-brainstorming.
Sebelum rapat kerja malam itu ditutup rupanya ada yang istimewa yaitu pemilihan Ketua Panita Gebyar Akuntansi ketiga. Gebyar Akuntansi (GA) yang telah menjadi ciri khas HMJ Akuntansi FE UNJ selama dua tahun terakhir ini memang sebuah acara besar yang harus diketuai oleh orang yang berdedikasi dan mampu berkarya bersama seluruh anggota HMJ Akuntansi. Malam itu terpilih Joko Suryanto dari divisi R&E, Nabil Ahmad dari Biro Danus, dan Muhammad Arief Muttaqin dari divisi kesma sebagai kandidat yang hasilnya akan diputuskan melalui fit and proper test pada hari minggu.
Hari terakhir merupakan hari bermain bagi Laskar SIAGA karena hanya diisi dengan outbond dan pelantikan pengurus HMJ Akuntansi FE UNJ periode 2012/13. Outbond yang penuh tawa dan canda diakhiri dengan bermandikan lumpur bagi para anggota laki-laki. Rasanya kepenatan raker kemarin menguap begitu saja. Melalui rapat tertutup diputuskan ketua GA tahun ini adalah Nabil Ahmad.
Dengan resmi dilantiknya para pengurus yang baru, tongkat estafet amanah HMJ Akuntansi resmi diemban oleh pengurus HMJ Akuntansi FE UNJ periode 2012/13. Pererat pegangan tangan dan melangkah bersama-sama mengarungi samudera yang penuh aral rintangan. Bersiaplah kawan-kawan Laskar SIAGA, singsingkan lengan bajumu untuk berkarya dan berdedikasi dalam harmoni akuntansi. (MIM)

Minggu, 11 Maret 2012

Seniman Khas ala Angkutan Ibu Kota

Oleh: Muhammad Izzan


Tembang bernuansa british itu mengalun fasih dari mulut sang pengamen. Pertama kali melihatnya anda tidak akan percaya pada sosok yang menyanyikannya. Ternyata sang pemilik suara bertampang seperti orang jawa yang merantau ke ibu kota, bahkan tidak terlihat fasih berbahasa Indonesia. Namun di luar dugaan. justru dia menyanyikan lagu  berbahasa Inggris. Sang pengamen berperawakan tinggi kurus, dengan kumis sedang dan kira-kira berusia 30-an tersebut memakai kemeja lengan pendek hitam dengan sepatu pantofel butut yang terkelupas kulitnya dan solnya sedikit menganga. Perasaan saya seperti melihat vokalis the Beattles bernyanyi dalam diri seorang kuli bangunan.
            Kejadian ini cukup lucu karena sebelum ia menyanyi, saya juga melihat sang pengamen berperawakan Jawa tersebut meminta dengan sopan agar ia menyanyi lebih dahulu kepada sesama pengamen yang kebetulan menaiki metromini yang sama. Setelah pengamen lain mempersilahkannya, terdengarlah suara yang sangat “barat”. Bapak tersebut menyanyi dengan penuh penghayatan bagai seorang musisi kelas dunia, bahkan hingga memejamkan mata demi menyatu dengan lagu yang ia bawakan. Di atas metromini yang terus melaju, sang pengamen menguasai “panggung” hingga lirik terakhir.
Ketika mendengarkan pengamen tersebut saya seperti berada pada tahun 1990-an. Saya tidak tahu tentang lagu tersebut sampai sang pengamen mengakhiri penampilannya dengan berterimakasih dan menyebutkan penyanyi asli dan judul lagu tersebut. Ternyata penyanyi aslinya adalah Elvis Presley, bukan the Beattles seperti yang saya duga. Sayangnya saya tidak sempat mendengar judulnya.
            Entah bagaimana cara “Elvis ala Metro” tersebut mempelajari bahkan dapat menyanyikan lagu tersebut hingga selesai dengan nada dan suasana yang begitu luar biasa bagi seorang pengamen. Setelah ia selesai, majulah pengamen lain yang tadi menunggunya. Sang pengamen adalah anak kecil berusia anak SD. Dengan bertelanjang kaki, anak kecil itu menyanyikan lagu anak jalanan yang cukup terkenal.
            “Kutunggu kau.. kutunggu..kunanti kau.. kunanti..sampai, hingga akhir hayat iniiii” lantun anak kecil tersebut.
Namun suaranya kurang enak didengar karena selain dia memang tidak sebaik “Elvis ala Metro”, juga karena ia menyanyi dengan setengah hati dan tanpa penghayatan. Tidak lama bernyanyi, anak ini pun meminta receh kepada penumpang dan segera turun dari metromini.
            Ibu kota memang identik dengan penghibur jalanan. Tidak terlepas angkutan umumnya yang selalu memberi pelayanan plus musik seperti sang “Elvis ala Metromini” dan anak kecil tadi. Terbukti, tidak lama setelah kedua pengamen tersebut turun, naik lagi tiga orang pengamen dengan lagu yang berbeda.
Sebenarnya sah-sah saja apa yang mereka lakukan di atas bis metromini sepanjang dilakukan dengan cara yang sopan dan tidak mengganggu. Mereka tidak berbeda seperti kita yang sedang mencari rezeki-Nya. Cara seperti ini tentunya jauh lebih beradab dibandingkan perilaku oknum yang sering memaksa penumpang untuk memberi uang meskipun secara tidak langsung. Cara ini pun bagi saya lebih terhormat dibandingkan para pengemis yang meminta-minta ketika mereka masih bisa bekerja, kecuali bila sang pengemis meiliki kekurangan (cacat) atau sudah tua yang membuat mereka tidak mampu bekerja.
Para seniman metromini tersebut menjadikan metromini sebagai angkutan yang khas. Ya, khas dengan layanan musik yang akan mengiringi anda selama perjalanan. Dengan banyaknya alternatif angkutan transportasi di Jakarta, Anda bebas untuk memilih salah satunya. Tentunya setiap angkutan memiliki nilai plus-minus nya masing-masing. Tergantung selera dan ketebalan kantong anda.

Minggu, 12 Februari 2012

TIPS BAGI MC PEMULA


Bagi teman-teman yang aktif dalam organisasi di kampusnya, pastilah sering mengadakan berbagai acara yang membutuhkan peran seorang Master Ceremonial (MC). Tentu saja, sebuah acara tanpa adanya MC menurut saya seperti menyaksikan film berbahasa asing yang tidak kita mengerti: tanpa panduan. Hasilnya pun hadirin tidak akan mengerti acara yang ditampilkan secara maksimal.
Terkadang, acara yang kita buat tidak memiliki cukup dana untuk membayar MC. Namun hal tersebut bukanlah alasan bagi kita untuk membatalkan acara yang telah capai-capai kita rencanakan dari awal. Salah satu solusinya dengan memakai “orang dalam” atau panitia acara sebagai MC. Karena itu bagi teman-teman yang aktif di organisasi, ada baiknya untuk berlatih sebagai MC.
Apa saja sih yang harus kita persiapkan ketika ditunjuk sebagai MC di acara-acara baik internal kampus maupun eksternal; formal seperti seperti seminar nasional ataupun informal. Berikut ini beberapa rahasia agar menjadi MC yang sukses sob, Check it out !
1.       Perhatikan tata cara berpakaian
Pakaian adalah hal pertama yang akan terlihat dari seseorang. Banyak orang yang menilai seseorang dari caranya berpakaian. Meskipun tidak seratus persen selalu benar, setidaknya pakaian akan sedikit-banyak mewakilkan kepribadian sesorang.
Hal ini juga berlaku ketika seorang MC memandu acara. Terlebih lagi bagi MC yang baru merintis karir, hal ini sangat menentukan. Sebab hadirin akan sangat memerhatikan pakaian kita sebelum menilai aspek lainnya.
Karena itu, perhatikanlah tata cara berpakaian. Sesuaikan dengan suasana acara yang akan kita bawakan. Tidak akan enak dipandang mata bila, misalnya, pada acara seminar resmi yang para pesertanya berpakaian kemeja, namun pembawa acaranya hanya memakai kaus. Hal itu akan terlihat sang MC tidak menghargai peserta. Setidaknya, berpakaianlah lebih rapi daripada peserta.

2.       Mengenal karakter partner MC
Biasanya dalam memandu acara, MC tidak hanya satu orang namun berpasangan. Tujuannya selain memudahkan tugas juga untuk lebih menghidupkan suasana sehingga MC tidak seperti berbicara sendiri. Agar kerjasama tersebut membuahkan hasil yang baik, kenali perangai dan karakter rekan kita.
Khususnya apabila sebelumnya kita belum terlalu mengenal sosok rekan kita. Sempatkan waktu untuk mengobrol dengannya minimal sebelum acara berlangsung. Meskipun terkesan sepele, namun hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan komunikasi ketika memandu acara.

3.       Mempelajari susunan acara
Hal ini sering disepelekan para MC pemula. Kebanyakan MC pemula hanya membaca beberapa kali susunan acara tanpa memerhatikannya dengan seksama. Sebagai pemandu acara, kita haruslah paling tahu tentang susunan acara dan memahaminya.
Selain itu, dianjurkan untuk memperluas wawasan kita tentang tema yang menjadi latar belakang acara atau salah satu bagian acara. Contohnya, bila kita memandu acara kesenian, perluaslah wawasan kita tentang keesenian yang akan ditampilkan. Tidak harus benar-benar paham apalagi sampai belajar khusus hanya untuk memandu acara beberapa jam saja. Namun hal ini akan membuat penampilan kita lebih hidup karena membantu kita memahami acara yang akan kita pandu.
4.       Just enjoy!
Last but not least, bila semua hal telah kita persiapkan dengan matang. Buat mindset kita agar yakin acara tersebut akan sukses. Nikmati setiap detik yang berganti. Filosofi air yaitu mengalir dapat diterapkan saat memandu acara. InsyaAllah, bila kita telah berusaha melakukan yang terbaik maka hasilnya akan baik pula.
Itulah beberapa tips yang dapat saya bagikan bagi teman-teman yang ingin merintis karirnya sebagai MC. Poin-poin di atas memang bukan langkah baku untuk menjadi MC yang baik. Namun dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan dalam menjalani tugas sebagai MC. Semoga berguna.