"Sebab menulis adalah peristiwa menyejarah"- @mizzanmrsydn

Minggu, 11 Maret 2012

Seniman Khas ala Angkutan Ibu Kota

Oleh: Muhammad Izzan


Tembang bernuansa british itu mengalun fasih dari mulut sang pengamen. Pertama kali melihatnya anda tidak akan percaya pada sosok yang menyanyikannya. Ternyata sang pemilik suara bertampang seperti orang jawa yang merantau ke ibu kota, bahkan tidak terlihat fasih berbahasa Indonesia. Namun di luar dugaan. justru dia menyanyikan lagu  berbahasa Inggris. Sang pengamen berperawakan tinggi kurus, dengan kumis sedang dan kira-kira berusia 30-an tersebut memakai kemeja lengan pendek hitam dengan sepatu pantofel butut yang terkelupas kulitnya dan solnya sedikit menganga. Perasaan saya seperti melihat vokalis the Beattles bernyanyi dalam diri seorang kuli bangunan.
            Kejadian ini cukup lucu karena sebelum ia menyanyi, saya juga melihat sang pengamen berperawakan Jawa tersebut meminta dengan sopan agar ia menyanyi lebih dahulu kepada sesama pengamen yang kebetulan menaiki metromini yang sama. Setelah pengamen lain mempersilahkannya, terdengarlah suara yang sangat “barat”. Bapak tersebut menyanyi dengan penuh penghayatan bagai seorang musisi kelas dunia, bahkan hingga memejamkan mata demi menyatu dengan lagu yang ia bawakan. Di atas metromini yang terus melaju, sang pengamen menguasai “panggung” hingga lirik terakhir.
Ketika mendengarkan pengamen tersebut saya seperti berada pada tahun 1990-an. Saya tidak tahu tentang lagu tersebut sampai sang pengamen mengakhiri penampilannya dengan berterimakasih dan menyebutkan penyanyi asli dan judul lagu tersebut. Ternyata penyanyi aslinya adalah Elvis Presley, bukan the Beattles seperti yang saya duga. Sayangnya saya tidak sempat mendengar judulnya.
            Entah bagaimana cara “Elvis ala Metro” tersebut mempelajari bahkan dapat menyanyikan lagu tersebut hingga selesai dengan nada dan suasana yang begitu luar biasa bagi seorang pengamen. Setelah ia selesai, majulah pengamen lain yang tadi menunggunya. Sang pengamen adalah anak kecil berusia anak SD. Dengan bertelanjang kaki, anak kecil itu menyanyikan lagu anak jalanan yang cukup terkenal.
            “Kutunggu kau.. kutunggu..kunanti kau.. kunanti..sampai, hingga akhir hayat iniiii” lantun anak kecil tersebut.
Namun suaranya kurang enak didengar karena selain dia memang tidak sebaik “Elvis ala Metro”, juga karena ia menyanyi dengan setengah hati dan tanpa penghayatan. Tidak lama bernyanyi, anak ini pun meminta receh kepada penumpang dan segera turun dari metromini.
            Ibu kota memang identik dengan penghibur jalanan. Tidak terlepas angkutan umumnya yang selalu memberi pelayanan plus musik seperti sang “Elvis ala Metromini” dan anak kecil tadi. Terbukti, tidak lama setelah kedua pengamen tersebut turun, naik lagi tiga orang pengamen dengan lagu yang berbeda.
Sebenarnya sah-sah saja apa yang mereka lakukan di atas bis metromini sepanjang dilakukan dengan cara yang sopan dan tidak mengganggu. Mereka tidak berbeda seperti kita yang sedang mencari rezeki-Nya. Cara seperti ini tentunya jauh lebih beradab dibandingkan perilaku oknum yang sering memaksa penumpang untuk memberi uang meskipun secara tidak langsung. Cara ini pun bagi saya lebih terhormat dibandingkan para pengemis yang meminta-minta ketika mereka masih bisa bekerja, kecuali bila sang pengemis meiliki kekurangan (cacat) atau sudah tua yang membuat mereka tidak mampu bekerja.
Para seniman metromini tersebut menjadikan metromini sebagai angkutan yang khas. Ya, khas dengan layanan musik yang akan mengiringi anda selama perjalanan. Dengan banyaknya alternatif angkutan transportasi di Jakarta, Anda bebas untuk memilih salah satunya. Tentunya setiap angkutan memiliki nilai plus-minus nya masing-masing. Tergantung selera dan ketebalan kantong anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar