Menebar Virus Jurnalisme Warga (Citizen
Journalism); Mari Berbagi Berita
Aktivitas manusia berderap semakin cepat di era kemajuan teknologi
informasi sekarang ini. Seseorang yang berada di suatu benua membutuhkan informasi
dari benua lainnya. Manusia semakin membutuhkan informasi dari berbagai
peristiwa yang terjadi setiap detiknya agar tidak ketinggalan informasi.
Dari peristiwa Koboi Palmerah hingga kasus Korupsi yang melibatkan 16 universitas negeri di tanah air, dapat disebarkan lewat jurnalisme warga. Namun menjadi pegiat jurnalisme warga tentu bukan sembarangan menulis berita. Tetap ada standar tertentu yang harus dicapai dalam sebuah pemberitaan. Berikut beberapa panduan menulis berita bagi anda yang berniat untuk menekuni citizen journalism.
Definisi berita
Berita adalah informasi baru atau
informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi kemudian disajikan lewat bentuk
suara, teks atau gambar. Berita harus berupa peristiwa atau hal yang dianggap
penting. Oleh karena itu berita berpengaruh pada kehidupan khalayak banyak.
Penting tidaknya sebuah berita
juga ditentukan oleh siapa yang akan melihat, membaca, atau mendengarnya. Berita
korupsi pejabat di Jakarta belum tentu dianggap penting oleh peternak sapi di
Kalimantan, berita pernikahan artis belum tentu menarik bagi tukang sapu di jalan
raya, pun berita peresmian jembatan di Surabaya belum tentu dianggap penting
oleh mahasiswa Ibukota.
Siapa itu jurnalis ?
Siapa itu jurnalis ?
Jurnalis adalah seseorang yang
secara teratur menuliskan laporan berita dan tulisan yang dikirimkan/dimuat di
media massa. Laporan ini lalu dapat dipublikasi melalui media massa: koran,
televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan yang paling mudah melalui
internet.
Tanpa memandang jenis media,
istilah jurnalis membawa konotasi atau harapan profesionalitas dalam membuat
laporan yang mempertimbangkan kebenaran dan etika. Jurnalis bukan hanya
reporter yang hanya mengumpulkan infomasi dan menciptakan laporan atau cerita.
Namun juga dapat mencakup kolumnis, penulis utama, perancang editorial, bahkan
fotografer dan videografer.
Dasar-dasar Pelaporan dalam Sebuah Pemberitaan
Dasar-dasar Pelaporan dalam Sebuah Pemberitaan
Anda mungkin telah mengenal
pakem 5W + 1H dalam tubuh sebuah berita: apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan
bagaimana. Sebenarnya di era jurnalisme sekarang ini juga dikenal SW (so what), merujuk pada tujuan sang
penulis dalam memaparkan berita. Namun aspek yang terpenting adalah enam hal
berikut ini:
1.
Apa
Peristiwa apa
yang akan dikabarkan? Bencana alam,
pertandingan sepak bola, konser musik, pemilu, merupakan peristiwa yang dapat diberitakan.
Topik atau kejadian yang akan kita ambil menjadi sangat penting untuk
memberikan batasan pemberitaan agar tetap fokus pada satu kejadian.
2.
Siapa
Tanyakan nama,usia,
pekerjaan, dan hal lainnya. Beberapa informasi terkait narasumber seperti nomor
telepon menjadi vital bila kita, umpamanya, ingin menanyakannya kembali. Jangan
lupa tanyakan juga bagamana ia mau diidentifikasi dalam berita.
3.
Kenapa
Kenapa sebuah
peristiwa dapat terjadi? Aspek tersebut wajib ada dalam berita. Berita
kecelakaan motor, misalnya, membutuhkan analisis penyebab kecelakaan tersebut.
Aspek ini kerap menguji integritas jurnalisme warga saat menemui kesulitan mengumpulkan
informasi. Akibatnya, asumsi menjadi
alternatif untuk melengkapi kedangkalan informasi tersebut.
4.
Dimana
Spasial sebuah
berita akan menentukan minat khalayak ramai. Banjir di rumah kita mungkin tidak
dapat dijadikan berita menarik. Berbeda apabila banjir tersebut terjadi di
Bandara Soekarno-Hatta sehingga mengganggu aktivitas migrasi di sana. Cek
kembali rincian nama tempat, alamat, dan wilayah suatu peristiwa dengan cermat.
Kesalahan nama akan menjatuhkan kualitas dan mutu berita.
5.
Kapan
Ketahui kapan dan berapa lama peristiwa berlangsung.
Seringkali, sebuah berita menarik menjadi tidak dibaca karena peristiwa yang
diberitakan sudah terganti dengan topik baru yang lebih hangat.
6.
Bagaimana
Bagaimana kajadian itu berlangsung dan bagaimana
rincian ceritanya. Kronologis peristiwa harus diterakan secara jelas dan runtut
sehingga pembaca mudah memahami berita secara komprehensif.
Penulisan sebuah berita
Berita
yang diangkat haruslah sesuatu yang baru dan masih jarang diketahui khalayak.
Logikanya, orang tidak akan menghabiskan waktunya untuk menekuni berita yang
telah ia ketahui. Kalaupun kita membuat berita yang telah diketahui khlayak,
pilih sudut pandang (point of view)
yang berbeda dari yang telah ada.
Tingkat kepercayaan sebuah
berita akan menentukan jumlah orang yang membaca berita kita. Agar informasi
dalam berita benar-benar akurat, banyak jurnalis yang terlibat langsung dalam
peristiwa. Misal dalam peristiwa banjir di Istana Negara, kita mendatangi dan mengumpulkan
informasi langsung dari Istana Negara untuk mengetahui seberapa besar banjir
tersebut, apa dampaknya terhadap aktivitas di sana, dan informasi lainnya. Hal
ini akan memperkecil tingkat kesalahan dalam pemberitaan.
Bagaimana bila peristiwa
tersebut telah terjadi sehingga kita hanya mendapatkan dapat mencari informasi
dari orang lain? Hal inilah yang memerlukan kehati-hatian sebab kesaksian
narasumber dapat berbeda-beda. Misalkan dalam suatu demonstrasi, warga setempat
mengatakan demonstran berjumlah 800 orang, salah seorang demonstran yakin ada
500 orang, namun pengendara yang lewat memperkirakan hanya 200 orang. Untuk
menghindari kesalahan data, seorang jurnalis harus meminta pada sumber yang berwenang
dan dapat dipercaya.
Bila menemukan kebingungungan untuk menentukan berita yang
akan ditulis, sebaiknya mulai dari sesuatu yang kita sukai. Hal ini membuat
kita cenderung senang dan tak terbebani. Memberitakan topik yang kita pahami
juga akan mempertajam isi berita. Apabila belum familiar, maka wawasan tentang
topik tersebut perlu ditingkatkan. Hal ini penting karena kita harus tahu aspek
apa saja yang harus diketahui dalam berita yang dibuat.
Untuk menghasilkan berita yang
bagus, berusahalah bekerja seprofesional mungkin. Bukan demi kepentingan individu dan kelompok tertentu.
Buatlah berita yang jujur dan berimbang
agar tidak menyesatkan pembaca serta tidak mengandung nilai-nilai yang
mengintervensi sebuah berita yang independen.
Berhadapan dengan narasumber
Saat
berada di lapangan, pastikan anda membawa peralatan penunjang: catatan manual,
catatan digital, telepon selular, laptop, kamera/kamera video, dan perekam
suara. Persiapan akan sangat menentukan kerja di lapangan. Selain mempermudah
pengumpulan berita, benda-benda tersebut juga akan meningkatkan kepercayaan
diri anda di depan narasumber.
Jangan
lupakan juga etika dalam mewawancarai narasumber. Di antaranya tidak boleh
memberi pertanyaan yang bernada memojokkan dan menginterogasi. Buatlah
narasumber nyaman berbagi informasi pada kita. Jangan memaksa apabila orang
tersebut tidak mau diwawancarai dan penuhi keinginan narasumber apabila meminta
agar identitasnya tidak disebutkan.
Apabila berita telah ditulis, jangan lupa meminta komentar
dan penilaian orang terdekat. Orang lain dapat melihat dari sudut pandang yang
berbeda sehingga lebih objektif.. Bergabung dalam komunitas sesama pegiat
jurnalisme warga juga perlu. Selain dapat dapat bekerja sama dalam pelaporan
berita, kita juga dapt meminta saran pada orang yang lebih berpengalaman.
Jadi tunggu apa lagi? Timbulkan semangat
kritismu dan berbagi berita kepada orang lain.
Sumber: Buku saku “Bagaimana
Berpikir dan Bertindak Menjadi Jurnalis”
yang diterbitkan TEMPO Institute.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar