Oleh MUHAMMAD IZZAN MURSYIDAN
Di kalangan mahasiswa sekarang, terkenal
istilah kura-kura, kupu-kupu, dan kunang-kunang.
Istilah tersebut ada bukan tanpa
sebab. Istilah tersebut, dapat dikatakan, merupakan gambaran tipe mahasiswa
secara umum berdasarkan aktivitasnya di
kampus. Kura-kura–kuliah rapat kuliah rapat–ditujukan bagi para mahasiswa yang
sibuk berorganisasi. Kuliah rapat kuliah rapat menggambarkan, secara hiperbola,
aktivitas mereka mengikuti salah satu agenda wajib di setiap organisasi
mahasiswa: rapat. Banyak yang menegasikan mahasiswa seperti ini memiliki IPK di
bawah rata-rata, jarang pulang ke rumah, dan menomorduakan kuliah. Segi
positifnya, mahasiswa aktivis seperti ini biasanya memiliki pengalaman, link, dan softskill yang tidak
didapatkan di dalam kelas namun sangat berguna dalam menekuni dunia kerja.
Tipe
berikutnya: kupu-kupu–kuliah pulang kuliah pulang–adalah mahasiswa yang cenderung
menyegerakan pulang begitu mata kuliah selesai. Bagi tipe mahasiswa seperti
ini, kampus hanyalah tempat untuk menuntut ilmu dan mendapatkan IPK tinggi agar
cepat lulus dan bekerja. Mereka cenderung bersifat apatis terhadap lingkungan
sekitarnya dan jarang bergaul. Bahkan, sangat sulit menemuinya di luar jadwal
kuliah. Karena itu, selama empat tahun–lama masa perkuliahan umumnya–pergaulan
dan pertemanannya sangat sempit bila dibandingkan dengan mahasiswa aktivis yang
bertipe kura-kura.
Terakhir
adalah kunang-kunang–kuliah nangkring kuliah nangkring. Istilah ini ditujukan
bagi mahasiswa yang gemar berkumpul dan mengobrol bersama gengnya yang
cenderung hanya menghabiskan waktu sia-sia.
Mengobrol berbeda dengan diskusi. Saat diskusi, kita memilki suatu
permasalahan yang jelas dan dicari solusinya dengan tahapan yang sistematis.
Sedangkan mengobrol yang biasanya dilakukan mahasiswa tipe kunang-kunang adalah
pembicaraan yang tidak jelas juntrungannya dan berakhir tanpa hasil. Tipe
mahasiswa inilah yang paling merugikan sebab hanya menjadi “sampah peradaban”.
Berbeda dengan kedua tipe lainnya, mahasiswa kunang-kunang hanya menghabiskan
masa kuliahnya tanpa memiliki tujuan dan jati diri yang jelas. Mahasiswa yang
tidak memiliki orientasi selama kuliah sangat mudah terombang-ambing dan
cenderung menjalani kuliah sebagai formalitas.
Kuliah yang pertama,
organisasi yang utama
Menjalani
kuliah dengan tekun dan serius adalah salah satu bentuk tanggungjawab kita
terhadap orangtua, negara, dan agama. IPK memang penting sebab merupakan salah
satu aspek yang dipertimbangkan bagian personalia ketika menyeleksi karyawan.
Namun tentunya, tugas mahasiswa sebagai kaum elite intelektual bukan hanya
mendapat nilai tinggi dan lulus cepat, apalagi menghalalkan segala cara.
Sepatutnya, mahasiswa menggunakan waktunya selama kuliah sebagai “kawah
candradimuka” untuk meningkatkan kualitas diri sebagai mahasiswa yang paripurna.
Salah satu
media pembelajaran dan pengembangan yang ada di kampus adalah organisasi.
Begitu banyak pilihan organisasi di kampus, baik yang bergerak di bidang
keagamaan, jurnalistik, seni, olahraga, kesehatan, kajian maupun gabungan dari
beberapa bidang tersebut, yang dapat kita ikuti. Selain meningkatkan
pengalaman, mendapatkan teman dari berbagai fakultas–organisasi tingkat
universitas–, dan membuka wawasan baru, kita dapat mengembangkan potensi diri
yang selama ini belum ter-explore.
Dengan masuk ke organisasi pemerintahan, misalnya, kita dilatih untuk lebih
peka terhadap perubahan sekitar kita. Organisasi melatih kita bekerja di bawah
tekanan, bekerja sebagai sebuah tim (teamwork),
mengorganisasikan acara, mengartikulasi ide dan banyak lagi manfaat yang dapat
diambil.
Organisasi
begitu penting bagi mahasiswa, sebab setiap mahasiswa niscaya pernah berada di
titik jenuh dalam belajar. Saat itulah kita dapat memompa semangat kita dengan
aktif di organisasi. Mereka yang aktif di organisasi, cenderung lebih dewasa
sebab ditantang untuk menyelesaikan masalah yang lebih besar dibandingkan
mereka yang hanya menjalani kuliah tanpa berorganisasi.
Perkuliahan
dan organisasi sesungguhnya bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan manajemen waktu yang baik,sekiranya mahasiswa dapat membagi urusan organisasi dan
tugas-tugas perkuliahan. Kelak setelah lulus, siap menjadi pribadi yang
memiliki integritas, wawasan, dan kemampuan–hardskill
dan softskill–untuk memasuki
dunia kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar