"Sebab menulis adalah peristiwa menyejarah"- @mizzanmrsydn

Kamis, 24 November 2011

Mahasiswa Paripurna


Oleh MUHAMMAD IZZAN MURSYIDAN
Di kalangan mahasiswa sekarang, terkenal istilah kura-kura, kupu-kupu, dan kunang-kunang.
Istilah tersebut ada bukan tanpa sebab. Istilah tersebut, dapat dikatakan, merupakan gambaran tipe mahasiswa secara umum  berdasarkan aktivitasnya di kampus. Kura-kura–kuliah rapat kuliah rapat–ditujukan bagi para mahasiswa yang sibuk berorganisasi. Kuliah rapat kuliah rapat menggambarkan, secara hiperbola, aktivitas mereka mengikuti salah satu agenda wajib di setiap organisasi mahasiswa: rapat. Banyak yang menegasikan mahasiswa seperti ini memiliki IPK di bawah rata-rata, jarang pulang ke rumah, dan menomorduakan kuliah. Segi positifnya, mahasiswa aktivis seperti ini biasanya memiliki pengalaman, link, dan softskill  yang tidak didapatkan di dalam kelas namun sangat berguna dalam menekuni dunia kerja.
            Tipe berikutnya: kupu-kupu–kuliah pulang kuliah pulang–adalah mahasiswa yang cenderung menyegerakan pulang begitu mata kuliah selesai. Bagi tipe mahasiswa seperti ini, kampus hanyalah tempat untuk menuntut ilmu dan mendapatkan IPK tinggi agar cepat lulus dan bekerja. Mereka cenderung bersifat apatis terhadap lingkungan sekitarnya dan jarang bergaul. Bahkan, sangat sulit menemuinya di luar jadwal kuliah. Karena itu, selama empat tahun–lama masa perkuliahan umumnya–pergaulan dan pertemanannya sangat sempit bila dibandingkan dengan mahasiswa aktivis yang bertipe kura-kura.
            Terakhir adalah kunang-kunang–kuliah nangkring kuliah nangkring. Istilah ini ditujukan bagi mahasiswa yang gemar berkumpul dan mengobrol bersama gengnya yang cenderung hanya menghabiskan waktu sia-sia.  Mengobrol berbeda dengan diskusi. Saat diskusi, kita memilki suatu permasalahan yang jelas dan dicari solusinya dengan tahapan yang sistematis. Sedangkan mengobrol yang biasanya dilakukan mahasiswa tipe kunang-kunang adalah pembicaraan yang tidak jelas juntrungannya dan berakhir tanpa hasil. Tipe mahasiswa inilah yang paling merugikan sebab hanya menjadi “sampah peradaban”. Berbeda dengan kedua tipe lainnya, mahasiswa kunang-kunang hanya menghabiskan masa kuliahnya tanpa memiliki tujuan dan jati diri yang jelas. Mahasiswa yang tidak memiliki orientasi selama kuliah sangat mudah terombang-ambing dan cenderung menjalani kuliah sebagai formalitas.
Kuliah yang pertama, organisasi yang utama
            Menjalani kuliah dengan tekun dan serius adalah salah satu bentuk tanggungjawab kita terhadap orangtua, negara, dan agama. IPK memang penting sebab merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan bagian personalia ketika menyeleksi karyawan. Namun tentunya, tugas mahasiswa sebagai kaum elite intelektual bukan hanya mendapat nilai tinggi dan lulus cepat, apalagi menghalalkan segala cara. Sepatutnya, mahasiswa menggunakan waktunya selama kuliah sebagai “kawah candradimuka” untuk meningkatkan kualitas diri sebagai mahasiswa yang paripurna.
            Salah satu media pembelajaran dan pengembangan yang ada di kampus adalah organisasi. Begitu banyak pilihan organisasi di kampus, baik yang bergerak di bidang keagamaan, jurnalistik, seni, olahraga, kesehatan, kajian maupun gabungan dari beberapa bidang tersebut, yang dapat kita ikuti. Selain meningkatkan pengalaman, mendapatkan teman dari berbagai fakultas–organisasi tingkat universitas–, dan membuka wawasan baru, kita dapat mengembangkan potensi diri yang selama ini belum ter-explore. Dengan masuk ke organisasi pemerintahan, misalnya, kita dilatih untuk lebih peka terhadap perubahan sekitar kita. Organisasi melatih kita bekerja di bawah tekanan, bekerja sebagai sebuah tim (teamwork), mengorganisasikan acara, mengartikulasi ide dan banyak lagi manfaat yang dapat diambil.
            Organisasi begitu penting bagi mahasiswa, sebab setiap mahasiswa niscaya pernah berada di titik jenuh dalam belajar. Saat itulah kita dapat memompa semangat kita dengan aktif di organisasi. Mereka yang aktif di organisasi, cenderung lebih dewasa sebab ditantang untuk menyelesaikan masalah yang lebih besar dibandingkan mereka yang hanya menjalani kuliah tanpa berorganisasi.
            Perkuliahan dan organisasi sesungguhnya bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan manajemen waktu yang baik,sekiranya  mahasiswa dapat membagi urusan organisasi dan tugas-tugas perkuliahan. Kelak setelah lulus, siap menjadi pribadi yang memiliki integritas, wawasan, dan kemampuan–hardskill dan softskill–untuk memasuki dunia kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar