Pendidikan: Modal
Utama bagi Bangsa dan Masyarakat[1]
Oleh: Muhammad Izzan
Mursyidan
Di usianya yang
sudah 69 tahun, Indonesia masih memiliki banyak permasalahan di berbagai
dimensi dan tingkatan. Kriminalitas yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari
para warganya selalu menghiasi koran dan media pemberitaan lainnya. Adapun
mereka yang bekerja masih banyak yang memperoleh upah rendah dengan kondisi
kerja yang buruk. Kondisi kerja yang buruk mencakup jumlah jam kerja di atas
rata-rata dan standar keamanan kerja yang kerap diabaikan. Upah rendah tersebut
sering tak dapat dihindari karena pabriklah yang mempunyai bargaining
position yang lebih tinggi dibandingkan karyawan. Apabila karyawan
bersangkutan tidak menerimanya, perusahaan dapat mencari calon karyawan lain
yang bersedia diupah rendah. Hal ini paralel dengan sistem outsourcing
yang cenderung hanya memandang karyawan sebagai komoditas ekonomi. Sebagaimana tren pada perusahaan
multinasional yang membangun pabrik di negara berkembang untuk memperoleh tenaga
kerja yang diupah murah.
Akhirnya dengan
upah yang rendah dan waktu yang telah habis untuk bekerja di pabrik, mereka
tidak mampu menabung untuk mengembangkan usaha sendiri ataupun berinvesatasi di
bidang lainnya sebagai bekal hidup mereka kelak. Akibatnya, banyak buruh tak
mampu bangkit dari situasi ekonomi yang menjerat mereka. Kemiskinan yang
melekat menjadi warisan tunggal bagi keturunan mereka hingga terus menurun entah
hingga generasi keberapa melintasi anak, cucu, buyut, dan seterusnya. Selain
itu, faktanya keluarga dengan tingkat ekonomi rendah cenderung mengonsumsi
makanan harian dengan tingkat gizi yang rendah. Tingkat kekurangan gizi di
indonesia saat ini masih sangat tinggi. Hal tersebut diperparah dengan minimnya
pengetahuan dan kesadaran akan gizi yang mereka miliki. Akibatnya, gizi rendah
dan tuntutan kerja yang berat terakumulasi menghasilkan tingkat kualitas hidup
yang rendah. Laporan UNICEF pada tahun 2012 menyebutkan bahwa di Indonesia, 1 dari 23 anak meninggal
sebelum usia 5 tahun dan 1 dari 3 anak balita terhambat pertumbuhannya.
Seringkali
masalah kemiskinan, kriminalitas, dan harapan hidup yang rendah yang menjadi
masalah di hampir seluruh negara berkembang, tidak cukup diselesaikan secara
parsial. Fenomena patologi sosial yang muncul seolah merupakan rangkaian
panjang dari buruknya kesadaran kritis masyarakat suatu bangsa. Upah yang
rendah disebabkan kompetensi sesorang yang minim sehingga harus mengkuti setiap
peraturan yang ditetapkan perusahaan dalam hal jam kerja dan upah. Kekurangan
gizi juga kerap disebabkan wawasan yang minim akan pola hidup bersih dan sehat.
Padahal makanan sehat tak melulu harus mewah dan mahal. Sebab dalam penelitian
yang dilakukan Kementerian Kesehatan, ditemukan fenomena penyimpangan positif
yang terjadi di keluarga dengan ekonomi rendah namun memiliki asupan gizi yang
cukup bahkan relatif baik. Hal tersebut karena pemahaman mereka terhadap pola
hidup sehat dan kesadaran gizi yang baik.
Menjadi bangsa yang besar
melalui pendidikan
Satu cara
solutif untuk memulai kerja besar dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa
adalah melalui jalan pendidikan. Banyak contoh yang bisa kita lihat ihwal
pembangunan sebuah bangsa melalui pendidikan ini. Jepang yang kini memegang
peran strategis dalam konstelasi ekonomi dunia bisa menjadi contohnya. Sejarah
mencatat kehancuran yang masif pascapengeboman kota Hiroshima-Nagasaki oleh
pasukan udara Amerika Serikat pada 1945. Sebuah diorama pertunjukan kekejaman
dalam catatan sejarah yang diklaim AS sebagai pembalasan atas serangan Jepang
sebelumnya. Dampak pemboman ini membuat hampir lebih dari 200 ribu jiwa
penduduk Jepang tewas dan menghancurkan segala sarana dan prasarana Jepang saat
itu. Bom tersebut sungguh menghancurkan, bukan hanya fisik, namun juga harapan
seluruh penduduk Jepang dengan angan-angannya sebagai bangsa superior: Nippon
cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia.
Namun kita lihat
saat ini Jepang merupakan sebuah bangsa yang digdaya dalam banyak bidang.
Produk elektronik buatan Jepang mudah ditemui di Indonesia, bahkan produk
kebudayaan mereka seperti manga, anime, dan fashion harajuku telah lama
menginvasi nilai-nilai bangsa Indonesia dengan budaya lokalnya. Tentu tidak
mudah memperbaiki kerusakan pascaperang dunia bahkan untuk membangun kehidupan
seperti semula. Bermodalkan kearifan lokal seperti semangat pantang menyerah
seorang samurai dan prinsip kerja keras bushido-nya, Jepang mampu
bangkit dan mematahkan prediksi banyak
orang yang mengatakan bahwa Jepang akan menjadi negara tertinggal. Apa pasal?
Satu dan sebab utama yang mampu membuat Jepang bangkit ialah pembangunan
kembali bangunan pendidikannya. Bahkan sang kaisar negeri matahari saat itu
mengumpulkan pengajar yang maih tersisa dan melakukan penerjemahan teks-teks
keilmuan barat ke dalam bahasa setempat agar transfer of knowledge di
Jepang dapat berjalan masif dan cepat.
Jepang bukan
satu-satunya negara Asia yang berhasil mengonversi pembangunan pendidikannya
menjadi kemajuan di berbagai bidang. Cina dan India saat ini malah mulai
menyaingi Jepang dalam banyak hal. Cina dengan kemajuan teknologi dan modal
kapital manusianya bangkit menjadi negara baru yang paling berpengaruh dalam
konstelasi politik modern. Sedangkan India, meski memiliki kantung-kantung
kemiskinan, namun kini dapat mencapai kemajuan pesat di bidang teknologi. Salah
satu daerah di India bernama Bangalore dinilai sebagai salah satu pusat high
technology yang sedang booming setelah pada 2006,
diperkirakan bahwa 35.000 eks patriat India, kebanyakan dari Amerika, pulang
dan menetap di sana. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh program
pemerintah kedua negara yang secara serius mempersiapkan dan mengirim putra-putri
terbaik mereka untuk belajar di universitas-unversitas terbaik di Amerika
Serikat. India adalah negara terdepan dalam soal pengiriman mahasiswanya
belajar ke AS, dengan 76.503 mahasiswa di tahun 2005-2006, diikuti China
(62.582), Korea (58.847), dan Jepang (38.712). Banyak dari masyarakat India
yang kini menempati posisi strategis baik di perusahaan maupun institusi
pendidikan di Amerika Serikat.
Dalam pidatonya
di World Leader Forum yang diselenggarakan Columbia University,
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon mengatakan pendidikan sebagai salah satu
prioritas utamanya dalam program Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ban Ki Moon
mengatakan bahwa dengan education, maka akan tercipta empowerment
dan employment. Sehingga pengangguran akan berkurang dan perekonomian
duina bisa tumbuh stabil. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Korea Selatan yang
sukses membangun negaranya melalui pendidikan. Dalam banyak bidang, Korsel
mulai menyaingi dan bahkan melampaui Jepang
yang lebih dulu digdaya dalam bidang ekonomi. Melalui pendidikan pula,
salah satu warga negara Korsel: Ban Ki Moon,
diakui dunia untuk memegang posisi sebagai sekretaris jenderal PBB
hingga dua periode. Di Indonesia sendiri, mudah ditemui produk elektronik
buatan perusahaan asal negeri ginseng tersebut: sebuah bukti kemajuan
perekonomian Korea Selatan.
Jelaslah bahwa
bagi sebuah bangsa, pendidikan membuat masyarakatnya beradab dan mampu melangkah
ke taraf kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan bangsa dengan pendidikan tertinggal.
Untuk dapat menjadi bangsa yang berhasil dalam bidang pendidikan, tentu
masyarakat yang menjadi komponen pembentuknya harus terlebih dahulu mendukung
hal tersebut. Dari Indonesia sendiri, tidak sedikit tokoh terkenal yang mampu
mengubah kehidupannya melalui katalisator bernama pendidikan.
Belajar dari Tan Malaka dan Chairul
Tanjung
http://3.bp.blogspot.com/ |
Ia tidak
menyia-nyiakan kesempatan pendidikan di luar negeri dan menyerap segala ilmu
yang ada pada berbagai literatur selama di Belanda. Setelah itu ia mengeluarkan
gagasannya sendiri pada berbagai bidang pengetahuan. Dalam hal tata negara,
buku Naar de Republiek-Indonesia (Menuju Republik Indonesia) yang
ditulisnya di Kanton Cina pada 1924 menjadikannya sebagai orang yang
pertama kali mencetuskan ide Republik Indonesia. Gagasan mengenai Republik
Indonesia tersebut dicetuskan Tan Malaka sebelum konsep serupa yang disampaikan
Soekarno dalam Menuju Indonesia Merdeka pada 1933 dan Hatta pada
karyanya Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) pada 1998. Dalam hal
kemiliteran dan politik, gagasannya tertuang dalam buku Massa Actie
(Masa Aksi). Ia juga menulis buku filsafat dan ideologi berjudul Madilog,
sebuah pencapaian keilmuan yang sampai saat ini sulit diulang oleh anak bangsa
lainnya. Selain itu masih banyak lagi buku yang ditulis maupun terinspirasi
oleh sosoknya.
Karena buku-buku
dan gagasannya yang dilarang oleh pihak penjajah, selama masa perjuangannya ia
harus kabur dari kejaran polisi internasional dan menempuh kurang lebih 89 ribu
kilometer, 2 benua dan 11 negara mencakup Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi,
Batavia, Yogyakarta, Surabaya, Amsterdam, Berlin, Moskow, Amoy, Shanghai,
Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Sigapura, Rangon, dan Penang. Dalam
hidupnya ia begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan Indoenesia melalui caranya
sendiri hingga sempat 13 kali di penjara. Terlepas dari akhir yang mengenaskan
karena tertembak oleh bangsanya sendiri, Tan Malaka telah memberi contoh
bagaimana pendidikan dapat menjadi investasi tak ternilai dan modal awal dari
sebuah perubahan sebesar apapun.
Keberhasilan
berkat pendidikan namun dalam konteks yang berbeda juga dapat kita temui di
masa sekarang pada sosok Chairul Tanjung. Pemilik CT Corp (Chairul Tanjung
Corpora) ini besar di kawasan Gang Abu pada tahun tujuh puluhan, salah satu daerah
terkumuh Jakarta saat itu. Semua rumah di penjuru kampung tersebut merupakan
rumah petak kecil beratap pendek, dinding tambal sulam menggunakan beragam
bahan seadanya. Kemiskinan yang ia hirup sejak kecil menjadi semangatnya untuk
bersungguh-sungguh dalam menempuh setiap jenjang pendidikan. Setelah lulus dari
SMAN 1 Boedi Oetomo, ia berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Indonesia (UI) melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN) di
tahun 1981.
http://fokus.news.viva.co.id/ |
Meski tak paralel
dengan gelarnya dokternya (Chairul memilih UI atas dasar biaya pendidikan yang
relatif lebih murah dibandingkan perguruan swasta), usai lulus dari UI ia
melanjutkan aktvitas kewirausahaannya yang telah ia rintis sejak mahasiswa.
Setelah melalui banyak usaha yang tak selalu berhasil, akhirnya ia mendirikan
PT berupa pabrik sandal pada tahun 1987. Hingga 2012, perusahaan miliknya telah
memiliki tiga perusahaan subholding, yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT
Global Resources. CT Corp juga memiliki dua stasiun televisi (Trans TV dan
Trans 7) , portal berita Detik, serta perusahaan ritel Carrefour. Selain itu,
ada juga perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel,
perkebunan, dan biro perjalanan. Bisnisnya yang telah menggurita sekarang tentu
tidak terlepas dari modal pendidikan yang ia miliki sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Keberhasilannya dalam bidang wirausaha menunjukkan mobilitas
ekonomi dan sosial horizontal naik karena ia berhasil memperoleh, bukan hanya
ilmu, namun juga jaringan, kepercayaan, dan keahlian selama menempuh pendidikan
yang ia peroleh di sekolah formal.
Masih banyak
lagi empiris yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam menjadikan pendidikan
sebagai media transformasi dalam dimensi sosial dan ekonomi mereka. Contoh
lainnya adalah cerita dalam Novel yang telah difilmkan berjudul Laskar Pelangi.
Novel berdasarkan kisah nyata penulisnya Andrea Hirata tersebut adalah bukti
tak terbantahkan bahwa pendidikan merupakan investasi terbaik bagi setiap orang
di setiap zaman. Pendidikan menjadi katalisator yang efektif juga disebabkan
karena setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk pintar tanpa
membeda-bedakan warna kulit, bahasa, dan agama. Di Surya Institute, beberapa
pelajar dari sekolah-sekolah di Papua dilatih dan dibina melalui program yang
intensif, khususnya di bidang matematika dan fisika. Hasilnya mencengangkan
sebab para pelajar, yang sebagian besar merupakan siswa dengan peringkat terenda
di sekolah mereka di Papua, berhasil meraih juara pada kompetisi bergengsi
tingkat nasional dan internasional.
Ilmu tidak
seperti kekayaan lainnya yang habis bila dibagi kepada orang lain. Sifat
pendidikan yang dapat digandakan dan dibagi tanpa terbatas secara material inilah
yang membuat pendidikan semakin tepat untuk dijadikan prioritas dalam
berinvestasi. Bayangkan bila dari setiap desa di Indonesia memiliki satu orang
terdidik maka masing-masing orang tersebut akan mengajar di desanya dan mengembangkan
segala potensi yang terdapat pada sumber daya di desa tersebut. Satu orang
pintar itu dapat, katakanlah mengajar banyak orang, namun hanya membuat lima
orang yang benar-benar sukses. Kelima orang ini akan kembali mengajar dan
menyebarkan ilmunya bagi orang-orang di sekitarnya sehingga orang yang terdidik
akan lebih banyak. Bagaikan sebuah diagram pohon, satu orang dapat mendidik
secara berhasil, misal, lima orang pintar. Lalu lima orang tersebut dapat
menghasilkan total dua puluh lima orang berikutnya. Proses tersebut terus
berlangsung hingga semakin banyak orang yang terdidik dan mampu mengangkat
situasi sosial dan ekonomi banyak orang. Maka secara otomatis, populasi di desa
tersebut akan menjadi terdidik. Apabila skema ini dapat berjalan secara serantak
di berbagai desa dan wilayah setingkatnya, maka pada akhirnya akan terakumulasi
dan menciptakan bangsa yang unggul dalam bebagai bidang seperti yang diungkapkan
Soekarno dalam konsep Tri Saktinya: berdaulat secara politik, berdikari secara
ekonomi, dan bermartabat secara kebudayaan.
Oleh sebab itu,
program pembangunan bangsa melalui proses pendidkan harus dilaksanakan secara
masif dan sistematis. Hal tersebut mensyaratkan mutu pendidikan yang baik
secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas berarti mutu para pengajar dan
buku-buku yang tersedia bagi peserta didik, sedangkan kuantitas adalah jumlah
wilayah yang terangkul program
pendidikan. Hal ini mulai dirintis oleh pemerintah dalam program SM3T ( Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan,
Terluar, dan Tertingggal). Bahkan program serupa juga telah dirintis oleh
masyarakat sipil yang memiliki kesadaran intelektual tinggi kepada sesamanya.
Program Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Anies Baswedan memberikan
kesempatan bagi pemuda-pemudi terbaik tanah air untuk mengajar dan
menginspirasi generasi muda di pelosok negeri. Mereka membagikan semangat dan
sebagian visi mereka melalui interaksi langsung dengan peserta didik mereka di
daerah.
Tepatlah apabila
pendidikan dikatakan sebagai investasi terbaik bagi setiap orang yang mau
melakukan transformasi dalam berbagai dimensi ke arah yang lebih baik, terutama
secara sosial dan ekonomi. Bahkan dalam konteks yang lebih luas yaitu bagi
sebuah negara-bangsa, pendidikan mampu memberikan kemajuan pada peradabannya apabila
diprogram secara tepat dan sistematis dalam jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Porgram tersebut juga harus dirancang dengan memperhatikan
unsur budaya dan nilai-nilai yang telah ada yang tentunya berbeda-beda pada
tiap negara. Hal tersebut telah dibuktikan oleh beberapa negara yang kini
bangkit menjadi raksasa ekonomi dunia berkat pendidikan yang menjadi prioritas
utama mereka seperti Cina, India, dan Korea Selatan. Dalam lingkup persobal,
telah banyak tokoh-tokoh yang berhasil memperbaiki kehidupannya berkat
pendidikan. Sebab dari pendidikanlah, banyak hal di dunia ini bermula.
Sumber Pustaka:
Mahbubani, Kishore (ed.). 2011. Asia
hemisfer Baru Dunia: Pergerseran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan.
(Terj.) Th. Bambang Murtianto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Syaifudin. 2012. Tan Malaka:
Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Rifa’i, Muhammad. 2011. Sejarah
Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik hingga Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Diredja, T. Gunawan. 2012. Chairul
Tanjung si Anak Singkong. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Tim Kreatif LKM UNJ. 2011. Restorasi
Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
[1] Essai
ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi pengajar Volunteerism
Teaching Indonesian Children 2014
assalamualaikum zan... dewan udh follow blog izan, main2 dan follow blog dewan jg ya zan www.dpowerofchange.blogspot.com
BalasHapus'alaykumsalam wan. tentuu
BalasHapus